Senin, 08 Oktober 2012

STRUKTUR ILMU DAN PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matinya kreativitas seseorang dalam menelurkan karya-karya ilmunya, dapat disebabkan salah satunya adalah oleh ketidakfahaman terhadap mekanisme kerja ilmu pengetahuan. Seseorang yang berpengetahuan akan disebut mandul (tidak produktif) bahkan tidak pantas disebut sebagai seorang ilmuan, ketika ia selalu terbentur dengan perjalanan proses menuju puncak pencetusan suatu gagasan yang meragukan karena tidak memiliki kontrol/ramalan ilmu. Seorang ilmuan tentu di dalam dirinya harus mengalir sederetan proses ilmu dan mengerti mekanisme kerjanya, sehingga ketika ia menghasilkan suatu karya ilmu, kemungkinan hasil temuan atau pengembangannya akan diakui oleh ilmuan lain dan akan memberikan kepuasan bagi pelaku penelusuran proses metode ilmu itu sendiri. Dalam perspektif filsafat, bahwasanya ilmu adalah pengetahuan yang didapat dengan metode keilmuan, sehingga seorang ilmuan harus memiliki pemahaman metode ilmu dan mampu memanfaatkannya sebagai media untuk menghasilkan suatu temuan-temuan baru atau penegmbangan-pengembangan baru dari sebuah ilmu pengetahuan yang telah diakui eksistensinya oleh segenap ilmuan yang menekuni disiplin ilmu tertentu. Ilmu, secara kuantitatif dapat dikembangkan oleh masyarakat keilmuan secara keseluruhan, meskipun secara kualitatif beberapa orang jenius seperti Newton atau Einstein, merumuskan landasan-landasan baru yang mendasar. Ini berarti bahwa siapapun yang berpengetahuan berhak dan dapat menjadi ilmuan dengan tetap berjalan di jalur aturan-aturan ilmiah maupun prinsip-prinsip yang telah diwariskan oleh para ilmuan terdahulu. II. PEMBAHASAN A. Pengertian Struktur Ilmu Jika dalam suatu organisasi, struktur merupakan organ/atau perangkat dari organisasi tersebut yang tentunya terkait dengan mekanisme kerjanya dan tujuan yang akan dicapai. Melalui sistem kerja yang masing-masing organisasi tentu memliki kekhsusan tersendiri, Dalam proses operasionalnya tentu diperlukan koordinasi yang baik agar tautan dari perangkat satu dan lainya tidak terputus. Seorang kepala sekolah dalam organisasi sekolah misalnya, sampai kepada para guru pemegang mata pelajaran bahkan sampai kepada tukang kebun, agar tujuan organisasi tersebut yaitu memintarkan, akan dapat tercapai jika mereka memiliki koordinasi yang baik. Adapun dalam konsep ilmu, tentu mekanisme kerja yang ada dalam strukturnya memiliki goal yaitu sebuah kebenaran; benar menurut rasio, mendasar dan diakui secara umum. Dan berangkat dari pemahaman sebuah struktur yang ada pada sebah organisasi yang dalam hal ini memiliki kesamaan stilah yaitu; Struktur dan kesamaan fungsinya sebagai mekanisme kerja, maka akan timbul sebuah perspeksif khusus mengenai struktur yang ada dalam Sistem Ilmu. Dalam bahasa Inggris struktur adalah structure dan Structura yang keduanya artinya adalah bangunan susunan. Dan sebutan untuk pandangan, filsafat atau gerakan filsafatnya disebut strukturalisme. Ditinjau dari fungsinya ia juga disebut sebagai Sistem Ilmu. Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik sebuah pengertian dari struktur ilmu yaitu; “Sebuah susunan yang terdiri dari komponen-komponen yang membatasi mekanisme pencarian sebuah kebenaran”. B. Perangkat dalam Struktur Ilmu 1. Harus terdapat komponen-komponen di dalam struktur Dikatakan harus ada karena yang dikatakan struktur tentu bukan merupakan satu kesatuan yang utuh tanpa memiliki organ-organ di dalam dirinya. Dalam hal ini yang dimaksud dengan komponen-komponennya tentu juga bersifat abstrak sebagai mana struktur ilmu itu sendiri merupakan satu kesatuan yang sebenarnya abstrak pula. Komponen-komponen yang terangkai dalam struktur ilmu tentu merupakan pendukung atas beroperasinya mekanisme kerja yang diprakarsai oleh bagan struktur ilmu itu sendiri. 2. Harus terdapat Fungsi-fungsi di dalam struktur Mengenai fungsi di dalam struktur ilmu tentu merupakan suatu hal yang tidak kalah pentingnya dengan komponen-komponen yang ada di dalam struktur ilmu. Dikatakan demikian karena Struktur ilmu sebagai salah satu kajian dalam kajian filsafat ilmu jelas memiliki fungsi-fungsi. Jika dilihat dari definisi yang dapat disimpulkan di atas, fungsi yang paling utama tentunya adalah untuk mencapai kebenaran. Akan tetapi ada pula fungsi-fungsi struktur ilmu yang lain yang juga penting; yaitu ia menjadi sebuah alat ukur bagi sebuah kebenaran dalam ilmu pengetahuan. 1. Harus ada hirarkis bagi komponen-komponen dalam struktur ilmu Dan sebutan untuk sudut pandangan, filsafat atau gerakan filsafatnya disebut strukturalisme. Ditinjau dari fungsinya ia juga disebut sebagai Sistem Ilmu. Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik sebuah pengertian dari struktur ilmu yaitu; “Sebuah susunan yang terdiri dari komponen-komponen yang membatasi mekanisme pencarian sebuah kebenaran”. C. Sistematika Kerja Struktur Ilmu 1.Perumusan Masalah Perumusan masalah diletakkan pada barisan depan karena komponen ini berfungsi sebagai penentu apakah sebuah fenomena yang dijumpai merupakan sebuah masalah yang perlu dikaji secara keilmuan atau tidak. Dalam kehidupan sehari-hari misalnya dapat dibedakan antara masalah yang dapat dijawab melalui metode ilmu atau mungkin tidak tepat untuk ilmu; Contohnya “Apakah bulan terbuat dari bahan terigu?” Pertanyaan yang ke-dua,”Mengapa dia berbuat yang tidak wajar?”. Pertanyaan pertama merupakan masalah yang tidak tepat bagi ilmu, karena pertanyaan tersebut tidak masuk dalam persyaratan masalah keilmuan, dan pertanyaan yang ke dua tepat bagi ilmu karena memenuhi persyaratan keilmuan. Adapun persyaratan masalah keilmuan adalah sebagai berikut: a. Penting Dikatakan sebuah masalah itu penting jika; - Pemecahan dari masalah tersebut berguna dalam kehidupan. - Pemecahannya mampu mengisi celah yang masih dalam khazanah ilmu pengetahuan kita. - Pemecahannya dapat dijawab dengan jelas. b. Memiliki ciri-ciri sebagai berikut: -Pengumpulan datanya dilakukan secara obyektif;data dapat tersedia. -Dapat dijawab dengan penelaahan keilmuan. -Mengandung unsur pengukuran dan definisi;Agar dapat diuji kebenarannya oleh orang lain. 2. Pengamatan dan Deskripsi Yang paling utama dalam kegiatan pengamatan dan deskripsi adalah klasifikasi, kemampuan mengklasifikasikan masalah akan mengarahkan pada deskripsi yang benar pada sebuah masalah yang akan dikaji. Jika dalam kajian ilmu fisika, biologi atau yang lain (non-sosia),sorang ilmuan mungkin saja untuk membuat istilah-istilah,namun untuk ilmusosial yang subyeknya manusia dan masyarakat; biasanya telah memiliki nama dan klasifikasi. Beberapa langkah berikut akan membantu dalam pendeskripsian masalah: a. Melakukan Tinjauan Pustaka, yaitu; Meninjau apa yang telah dilakukan oleh para ilmuan yang terdahulu, sehingga temuannya kelak akan bersifat kumulatif, di mana pengetahuan disusun atau pengetahuan sebalumnya. Hal ini akan menghindarkan duplikasi ilmu. Hal ini mungkin saja terjadi karena tidak mengetahui bahwa apa yang dikajinya telah ditemukan oleh ilmuan terdahulu. Selain menghindarkan duplikasi ilmu, tinjauan pustaka akan membirikan jalan atau langkah mana yang harus ditempuh untuk mendekati hipotesis. Bahkan jika k ita beruntung mungkin saja mendapatkan metode baru setelah kita mengadakan tinjauan pustaka. Menemukan jalan mengenai data, model atau instrumen keilmuan dapat pula dengan jalan tinjauan pustaka. b. Membuat Sebuah Persepsi Dengan adanya metode ilmu memperingatkan kita bahwa fakta tak dapat berbicara sendiri. Fakta dapat dimengerti hanya dalam ruang lingkup sistem ilmu.Orang di masa lalu memberikan pengertian yang berbeda dengan pengertian para ilmuan saat ini.Jika ditinjau dari segi hipotesis, yang pertama-tama harus diputuskan adalah tingkah laku apa atau benda mana yang akan diamati. Dapat juga diartikan bahwa persepsi pada akhirnya akan mempengaruhi hipotesis. c. Memanfaatkan Teknologi Keterbatasan panca indralah yang menjadi alasan utama penggunaan teknologi. Jika dalam astronomi menggunakan alat-alat, seperti teleskop dan pemotret lainnya.Dan dalam psikologi menggunakan alat seperti IQ test atau reaksi verbal terhadap gambar-gambar. d. Menggunakan Pengukuran Pengukuran berarti membandingkan obyek tertentu dan memberi angka pada obyek tersebut menurut cara tertentu. Dalam hal ini para ahli ilmu sosial kebanyakan mempergunakan dua tyipe perbandingan, yaitu ordinal dan kardinal. Perbandingan ordinal adalah perbandingan yang meletakkan benda-benda dalam urutan ditinjau dari segi tertentu; misalnya jika murid-murid di kelas diminta berdiri memanjang, maka akan tampak yang paling tinggi, kemudian paling tinggi ke dua dan seterusnya dan dapat dilambangkan dengan angka atau huruf. Dan perbandingan kardinal mempergunakan alat penghitung, misalnya berapa jumlah murid dalam satu kelas? Angka-angka dapat mengabstraksikan obyek yang diukur secara berulang dalam suatu kelompok, tanpa mengenal ciri-ciri, tinggi rendah, besar kecil dan sebagainya. Untuk menjaga ketelitian juga dipergunakan satuan pengukuran, misalnya yang dipergunakan oleh para ilmuan untuk membandingkan misalnya antara otak manusia dan otak binatang, maka akan memudahkan menjajarkan mereka untuk diukur. 3. Penjelasan Dalam upaya penjelasan, mungkin dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: a. Penjelasan Deduktif; yaitu sebuah penjelasan yang terdiri dari serangkaian pertanyaan di mana kesimpulan tertentu disimpulkan setelaah menetapkan aksioma atau postulat. Contoh klasik mislanya, semua manusia adalah fana. Socrates adalah manusia. Oleh sebab itu Socrates adalah fana. Namun demikian sebagai seorang ilmuan tentu tidak akan puas begitu saja dan akan mengembangkan beberapa tes untuk membuktikan bahwa Socrates adalah fana, danterus menelusuri dengan metode induktifnya. b. Penjelasan Probabilistik (kemungkinan); yaitu penjelasan hanya menggunakan kata "mungkin", "hampir pasti", atau dalam batas 5%. Hal ini terjadi apabila kita berurusan dengan sejumlah besar manusia, atau individu dengan berbagai macam tingkah lakunya. Misalnya jika ditanya, mengapa presiden John Kenedy dibunuh? Kita bisa saja menjawab "mungkin pembunh itu gila. c. Penjelasan Genetis; Yaitu menjawab pertanyaan "mengapa" dengan apa yang terjadi sebelumnya. Misalnya untuk menerangkan mengapa seorang anak mempunyai tipe rambut tertentu, yakni dengan memakai faktor keturunan yang dihubungkan dengan karakteristik orang tua si anak tersebut. d. Penjelasan Fungsional; yaitu menjawab pertanyaan "mengapa" dengan jalan menyelidiki tempat obyek yang sedang diteliti dalam keseluruhan sistem di mana obyek tersebut berada. Dalam Antropologi ini sering digunakan, misalnya mengapa anak-anak sekolah menghormati bendera? Penjelasan fungsional mungkin akan menjawab bahwa penghormatan tersebut akan menjadikan anak-anak itu lebih patriotik. 4. Ramalan dan Kontrol Hipotesis yang diajukan dapat disyahkan kebenarannya dengan cara yang memungkinkan adanya ramalan dan kontrol. Macam ramalan dan kontrol, yaitu; a. Hukum; yaitu yang dalam ilmu sosial diartikan sebagai keteraturan yang fundamental yang dapat diterapkan kepada hakekat manusia. Adapun dalam ilmu alam yang sering digunakan adalah hukum grafitasi. Akan tetapi dalam ilmu sosial hukum sudah banyak ditinggalkan dan beralih pada ramalan yang lain. b. Proyeksi; yaitu bentuk ramalan yang dapat didasarkan atas ekstrapolasi atau proyeksi. Ramalan ini mempelajari kejadian terdahulu dan mebuat pernyataan tentang hari depan. Dan ramalan seperti ini sering menggunakan faktor peluang. c. Struktur; yaitu ramalan yang didasarkan atas struktur dari benda atau intuisi atau manusia yang bersangkutan. Misalnya kenaikan pangkat pada ketentaraan, dari kopral lalu menjadi sersan dan seterusnya. d. Institusional; yaitu yaitu ramalan yang didasarkan oleh institusi beroperasi. Seorang ahli sosial bangsa Amerika, Ruth Benedict, waktu perang dunia ke-2 diminta oleh Departemen Penerangan Amerika Serikat untuk mempelajari bangsa Jepang. Dia tidak pernah mengenal ataupun berkunjung ke Jepang. Namun dengan menyelidiki institusi-institusi sosialnya, dia dapat meramalkan secara tepat bagaimana kelakuan bangsa Jepang jika mereka dikalahkan, serta bagaimana cara angkatan bersenjata Amerika Serikat harus bertindak untuk mengontrol kelakuan tersebut agar selaras dengan yang dikehendaki oleh Amerika. e. Masalah; yaitu ramalan yang didasarkan pada penentuan masalah apa yang dihadapi oleh manusia dan masyarakatnya. Misalnya suatu negara dengan jumlah penduduk yang amat besar, namun ia tidak dapat meningkatkan produksi pangannya, maka bukan tidak masuk akal jika masalah gawat akan dihadapinya, yaitu kekurangan pangan. f. Tahap; yaitu perkembangan yang berurutan. Dalam biologi sangat sering digunakan, misalnya biji yang diberi makanan dengan baik akan tumbuh dalam tahap-tahap yang dapat dirumuskan dengan jelas. g. Utopia; yaitu membayangkan apa yang mungkin terdapat atau terjadi berdasarkan pengetahuan yang kita ketahui sekarang. Misalnya, bumi mengelilingi planit Jupiter, hal ini telah diramalkan berdasarkan pengetahuan teoretis sebelum ditemukan teleskop. Hasil telaah keilmuan dapat dikomunikasikan kepada masyarakat melalui media-media sebagai berikut; a. Jurnal keilmuan (yang paling umum) b. Menerbitkan buku c. Merbitkan monograf ; yaitu laporan yang lebih panjang dari artikel keilmuan namun lebih pendek dari sebuah buku dan bersifat teknis. d. Melakukan korespondensi pribadi, berbicara pada konferensi, atau membuat laporan kepada Universitas atau lembaga taertentu. Kendatipun setiap institusi memiliki gaya dan persyaratan tertentu. Namun ada persyaratan minimum yang diminta oleh Ilmu, yaitu; Kejujuran mutlak, Jelas serta mudah difahami, Cukup terperinci, sehingga orang lain dapat menilai karya tersebut dan Pengakuan terhadap idea orang lain. Terdapat beberapa contoh khusus yang ekstrim dalam sejarah ilmu, di mana mereka yang meimpin penelitian, setelah menemukan para peneliti yang dia pimpin memalsukan data lalu bunuh diri. Sekali saja seorang ilmuan mengemukakan suatu pernyataan yang salah, atau menyesatkan, sukar sekali bagi para ilmuan lainnya untuk mempercayai lagi dirinya atau karyanya. Sifat jelas dan dapat difahami adalah perlu agar orang lain mengerti apa yang sedang dilaporkan. Sedangkan perincian yang cukup diperlukan agar ilmuan dapat melakukan penilaian terhadap karya tersebut, atau melakukan pengulangan. Pengakuan terhadap idea orang lain diperlukan karena dua hal; - Sopan santun terhadap mereka yang ideanya dipergunakan. - Lebih penting lagi, tinjauan pustaka dan daftar kepustakaan akan memungkinkan tiap pembaca untuk menempatkan hasil karya itu dalam urutan perkembangan sejarah ilmu secara tepat dan mudah. Dan dalam hal ini juga akan memudahkan penelitian lain, disebabkan oleh pemikiran yang sistematis. D. Pengaruh Struktur Ilmu dalam Perkembangan Pengetahuan. Dapat dirasakan sekarang ini bahwa pengaruh struktur ilmu sangat besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, di mana metode yang sistematis ini dapat melahirkan teori-teori baru di berbagai bidang dalam ilmu pengetahuan yang digeluti oleh para ilmuanilmuan modern sekarang ini. Paling tidak dapat difahami bahwa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan sangat mungkin dengan mengikuti langkah-langkah sistematis yang dimiliki oleh struktur ilmu. Kendatipun sudah muncul kembali sekelompok ilmuan yang mengatasnamakan diri mereka sebagai penganut “PostStrukturalisme”, namun fenomena dalam dunia ilmu pengetahuan aliran sturukturalisme (penganut struktur ilmu) masih mendominasi. III. KESIMPULAN (ANALISIS DAN KRITIK) Dari seluruh paparan yang ada, dapat disimpulkan bahwa struktur ilmu merupakan sebuah mekanisme kerja ilmu yang terdiri dari komponen-komponen yang satu sama lain saling terkait dalam upaya mencari suatu kebenaran dari sebuah pengetahuan yang kemudian dapat disebut sebagai ilmu. Adapun fungsi struktur ilmu adalah sebagai system yang memproses hipotesis dari suatu masalah yang dimunculkan, kepada kenyataan yang membenarkan atau menolak hipotesis tersebut. Jika sesuai dengan hipotesis maka jadilah ia sebagai temuan ilmiah atau prinsisp-prinsip sebuah pengetahuan ilmiah dan atau yang disebut sebagai ilmu. Adapun jika ternyata menolak hipotesis, maka berhentilah samapi di situ saja. Terkait dengan pengertian dan fungsi dari struktur ilmu, sangatlah tidak berlebihan jika struktur ilmu dianggap sebagai sebuah metode yang harus dimiliki oleh siapapun yang berkecimpung di bidang pengetahuan, sehingga akan dapat membedakan antara pengetahuan biasa dan pengetahuan yang didapat melalui metode ilmu. Selain itu dengan pengasaan struktur ilmu, memungkinkan juga bagi siapapun untuk menjadi seorang ilmuan yang selalu inten dalam pengembangan pengetahuan. Pada saat ini para ilmuan cenderung menganut aliran positifisme untuk mendapatkan suatu kebenaran ilmu, oleh karena itu sangat tidak berlebihan jika struktur yang diuraiakan di atas sudah dianggap memadai dalam kajian ilmu pengetahuan dan pengembangannya. IV. DAFTAR PUSTAKA John M. Echol dan Hasan Sadeli, Kamus inggeris Indonesia, Gramedia PU, 1996 Jujun S. Suria Sumantri, Filsafat Ilmu, (Sebuah Pengantar Populer), Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, 2003 Jujun S. Suria Sumantri, Ilmu Dalam Perspektif, Jakarta Yayasan Obor Indonesia, 1997 Loran Bagus, Kamus Filsafat, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002

STRUKTUR ILMU DAN PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matinya kreativitas seseorang dalam menelurkan karya-karya ilmunya, dapat disebabkan salah satunya adalah oleh ketidakfahaman terhadap mekanisme kerja ilmu pengetahuan. Seseorang yang berpengetahuan akan disebut mandul (tidak produktif) bahkan tidak pantas disebut sebagai seorang ilmuan, ketika ia selalu terbentur dengan perjalanan proses menuju puncak pencetusan suatu gagasan yang meragukan karena tidak memiliki kontrol/ramalan ilmu.

Seorang ilmuan tentu di dalam dirinya harus mengalir sederetan proses ilmu dan mengerti mekanisme kerjanya, sehingga ketika ia menghasilkan suatu karya ilmu, kemungkinan hasil temuan atau pengembangannya akan diakui oleh ilmuan lain dan akan memberikan kepuasan bagi pelaku penelusuran proses metode ilmu itu sendiri.
Dalam perspektif filsafat, bahwasanya ilmu adalah pengetahuan yang didapat dengan metode keilmuan, sehingga seorang ilmuan harus memiliki pemahaman metode ilmu dan mampu memanfaatkannya sebagai media untuk menghasilkan suatu temuan-temuan baru atau penegmbangan-pengembangan baru dari sebuah ilmu pengetahuan yang telah diakui eksistensinya oleh segenap ilmuan yang menekuni disiplin ilmu tertentu.
Ilmu, secara kuantitatif dapat dikembangkan oleh masyarakat keilmuan secara keseluruhan, meskipun secara kualitatif beberapa orang jenius seperti Newton atau Einstein, merumuskan landasan-landasan baru yang mendasar. Ini berarti bahwa siapapun yang berpengetahuan berhak dan dapat menjadi ilmuan dengan tetap berjalan di jalur aturan-aturan ilmiah maupun prinsip-prinsip yang telah diwariskan oleh para ilmuan terdahulu.

II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Struktur Ilmu

Jika dalam suatu organisasi, struktur merupakan organ/atau perangkat dari organisasi tersebut yang tentunya terkait dengan mekanisme kerjanya dan tujuan yang akan dicapai. Melalui sistem kerja yang masing-masing organisasi tentu memliki kekhsusan tersendiri, Dalam proses operasionalnya tentu diperlukan koordinasi yang baik agar tautan dari perangkat satu dan lainya tidak terputus. Seorang kepala sekolah dalam organisasi sekolah misalnya, sampai kepada para guru pemegang mata pelajaran bahkan sampai kepada tukang kebun, agar tujuan organisasi tersebut yaitu memintarkan, akan dapat tercapai jika mereka memiliki koordinasi yang baik.
Adapun dalam konsep ilmu, tentu mekanisme kerja yang ada dalam strukturnya memiliki goal yaitu sebuah kebenaran; benar menurut rasio, mendasar dan diakui secara umum. Dan berangkat dari pemahaman sebuah struktur yang ada pada sebah organisasi yang dalam hal ini memiliki kesamaan stilah yaitu; Struktur dan kesamaan fungsinya sebagai mekanisme kerja, maka akan timbul sebuah perspeksif khusus mengenai struktur yang ada dalam Sistem Ilmu. Dalam bahasa Inggris struktur adalah structure dan Structura yang keduanya artinya adalah bangunan susunan. Dan sebutan untuk pandangan, filsafat atau gerakan filsafatnya disebut strukturalisme. Ditinjau dari fungsinya ia juga disebut sebagai Sistem Ilmu. Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik sebuah pengertian dari struktur ilmu yaitu; “Sebuah susunan yang terdiri dari komponen-komponen yang membatasi mekanisme pencarian sebuah kebenaran”.


B. Perangkat dalam Struktur Ilmu

1. Harus terdapat komponen-komponen di dalam struktur
Dikatakan harus ada karena yang dikatakan struktur tentu bukan merupakan satu kesatuan yang utuh tanpa memiliki organ-organ di dalam dirinya. Dalam hal ini yang dimaksud dengan komponen-komponennya tentu juga bersifat abstrak sebagai mana struktur ilmu itu sendiri merupakan satu kesatuan yang sebenarnya abstrak pula.
Komponen-komponen yang terangkai dalam struktur ilmu tentu merupakan pendukung atas beroperasinya mekanisme kerja yang diprakarsai oleh bagan struktur ilmu itu sendiri.

2. Harus terdapat Fungsi-fungsi di dalam struktur
Mengenai fungsi di dalam struktur ilmu tentu merupakan suatu hal yang tidak kalah pentingnya dengan komponen-komponen yang ada di dalam struktur ilmu. Dikatakan demikian karena Struktur ilmu sebagai salah satu kajian dalam kajian filsafat ilmu jelas memiliki fungsi-fungsi.
Jika dilihat dari definisi yang dapat disimpulkan di atas, fungsi yang paling utama tentunya adalah untuk mencapai kebenaran. Akan tetapi ada pula fungsi-fungsi struktur ilmu yang lain yang juga penting; yaitu ia menjadi sebuah alat ukur bagi sebuah kebenaran dalam ilmu pengetahuan.

1. Harus ada hirarkis bagi komponen-komponen dalam struktur ilmu
Dan sebutan untuk sudut pandangan, filsafat atau gerakan filsafatnya disebut strukturalisme. Ditinjau dari fungsinya ia juga disebut sebagai Sistem Ilmu. Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik sebuah pengertian dari struktur ilmu yaitu; “Sebuah susunan yang terdiri dari komponen-komponen yang membatasi mekanisme pencarian sebuah kebenaran”.
C. Sistematika Kerja Struktur Ilmu

1.Perumusan Masalah
Perumusan masalah diletakkan pada barisan depan karena komponen ini berfungsi sebagai penentu apakah sebuah fenomena yang dijumpai merupakan sebuah masalah yang perlu dikaji secara keilmuan atau tidak. Dalam kehidupan sehari-hari misalnya dapat dibedakan antara masalah yang dapat dijawab melalui metode ilmu atau mungkin tidak tepat untuk ilmu; Contohnya “Apakah bulan terbuat dari bahan terigu?” Pertanyaan yang ke-dua,”Mengapa dia berbuat yang tidak wajar?”. Pertanyaan pertama merupakan masalah yang tidak tepat bagi ilmu, karena pertanyaan tersebut tidak masuk dalam persyaratan masalah keilmuan, dan pertanyaan yang ke dua tepat bagi ilmu karena memenuhi persyaratan keilmuan.
Adapun persyaratan masalah keilmuan adalah sebagai berikut:
a. Penting
Dikatakan sebuah masalah itu penting jika;
- Pemecahan dari masalah tersebut berguna dalam kehidupan.
- Pemecahannya mampu mengisi celah yang masih dalam khazanah ilmu pengetahuan kita.
- Pemecahannya dapat dijawab dengan jelas.
b. Memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
-Pengumpulan datanya dilakukan secara obyektif;data dapat tersedia.
-Dapat dijawab dengan penelaahan keilmuan.
-Mengandung unsur pengukuran dan definisi;Agar dapat diuji kebenarannya oleh orang lain.

2. Pengamatan dan Deskripsi
Yang paling utama dalam kegiatan pengamatan dan deskripsi adalah klasifikasi, kemampuan mengklasifikasikan masalah akan mengarahkan pada deskripsi yang benar pada sebuah masalah yang akan dikaji.
Jika dalam kajian ilmu fisika, biologi atau yang lain (non-sosia),sorang ilmuan mungkin saja untuk membuat istilah-istilah,namun untuk ilmusosial yang subyeknya manusia dan masyarakat; biasanya telah memiliki nama dan klasifikasi. Beberapa langkah berikut akan membantu dalam pendeskripsian masalah:
a. Melakukan Tinjauan Pustaka, yaitu;
Meninjau apa yang telah dilakukan oleh para ilmuan yang terdahulu, sehingga temuannya kelak akan bersifat kumulatif, di mana pengetahuan disusun atau pengetahuan sebalumnya. Hal ini akan menghindarkan duplikasi ilmu. Hal ini mungkin saja terjadi karena tidak mengetahui bahwa apa yang dikajinya telah ditemukan oleh ilmuan terdahulu.
Selain menghindarkan duplikasi ilmu, tinjauan pustaka akan membirikan jalan atau langkah mana yang harus ditempuh untuk mendekati hipotesis. Bahkan jika k ita beruntung mungkin saja mendapatkan metode baru
setelah kita mengadakan tinjauan pustaka. Menemukan jalan mengenai data, model atau instrumen keilmuan dapat pula dengan jalan tinjauan pustaka.

b. Membuat Sebuah Persepsi
Dengan adanya metode ilmu memperingatkan kita bahwa fakta tak dapat berbicara sendiri. Fakta dapat dimengerti hanya dalam ruang lingkup sistem ilmu.Orang di masa lalu memberikan pengertian yang berbeda dengan pengertian para ilmuan saat ini.Jika ditinjau dari segi hipotesis, yang pertama-tama harus diputuskan adalah tingkah laku apa atau benda mana yang akan diamati. Dapat juga diartikan bahwa persepsi pada akhirnya akan mempengaruhi hipotesis.


c. Memanfaatkan Teknologi
Keterbatasan panca indralah yang menjadi alasan utama penggunaan teknologi. Jika dalam astronomi menggunakan alat-alat, seperti teleskop dan pemotret lainnya.Dan dalam psikologi menggunakan alat seperti IQ test atau reaksi verbal terhadap gambar-gambar.
d. Menggunakan Pengukuran
Pengukuran berarti membandingkan obyek tertentu dan memberi angka pada obyek tersebut menurut cara tertentu. Dalam hal ini para ahli ilmu sosial kebanyakan mempergunakan dua tyipe perbandingan, yaitu ordinal dan kardinal. Perbandingan ordinal adalah perbandingan yang meletakkan benda-benda dalam urutan ditinjau dari segi tertentu; misalnya jika murid-murid di kelas diminta berdiri memanjang, maka akan tampak yang paling tinggi, kemudian paling tinggi ke dua dan seterusnya dan dapat dilambangkan dengan angka atau huruf. Dan perbandingan kardinal mempergunakan alat penghitung, misalnya berapa jumlah murid dalam satu kelas? Angka-angka dapat mengabstraksikan obyek yang diukur secara berulang dalam suatu kelompok, tanpa mengenal ciri-ciri, tinggi rendah, besar kecil dan sebagainya.
Untuk menjaga ketelitian juga dipergunakan satuan pengukuran, misalnya yang dipergunakan oleh para ilmuan untuk membandingkan misalnya antara otak manusia dan otak binatang, maka akan memudahkan menjajarkan mereka untuk diukur.

3. Penjelasan
Dalam upaya penjelasan, mungkin dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
a. Penjelasan Deduktif; yaitu sebuah penjelasan yang terdiri dari serangkaian pertanyaan di mana kesimpulan tertentu disimpulkan setelaah menetapkan aksioma atau postulat. Contoh klasik mislanya, semua manusia adalah fana. Socrates adalah manusia. Oleh sebab itu Socrates adalah fana. Namun demikian sebagai seorang ilmuan tentu tidak akan puas begitu saja dan akan mengembangkan beberapa tes untuk membuktikan bahwa Socrates adalah fana, danterus menelusuri dengan metode induktifnya.
b. Penjelasan Probabilistik (kemungkinan); yaitu penjelasan hanya menggunakan kata "mungkin", "hampir pasti", atau dalam batas 5%. Hal ini terjadi apabila kita berurusan dengan sejumlah besar manusia, atau individu dengan berbagai macam tingkah lakunya. Misalnya jika ditanya, mengapa presiden John Kenedy dibunuh? Kita bisa saja menjawab "mungkin pembunh itu gila.
c. Penjelasan Genetis; Yaitu menjawab pertanyaan "mengapa" dengan apa yang terjadi sebelumnya. Misalnya untuk menerangkan mengapa seorang anak mempunyai tipe rambut tertentu, yakni dengan memakai faktor keturunan yang dihubungkan dengan karakteristik orang tua si anak tersebut.
d. Penjelasan Fungsional; yaitu menjawab pertanyaan "mengapa" dengan jalan menyelidiki tempat obyek yang sedang diteliti dalam keseluruhan sistem di mana obyek tersebut berada. Dalam Antropologi ini sering digunakan, misalnya mengapa anak-anak sekolah menghormati bendera? Penjelasan fungsional mungkin akan menjawab bahwa penghormatan tersebut akan menjadikan anak-anak itu lebih patriotik.

4. Ramalan dan Kontrol
Hipotesis yang diajukan dapat disyahkan kebenarannya dengan cara yang memungkinkan adanya ramalan dan kontrol. Macam ramalan dan kontrol, yaitu;
a. Hukum; yaitu yang dalam ilmu sosial diartikan sebagai keteraturan yang fundamental yang dapat diterapkan kepada hakekat manusia. Adapun dalam ilmu alam yang sering digunakan adalah hukum grafitasi. Akan tetapi dalam ilmu sosial hukum sudah banyak ditinggalkan dan beralih pada ramalan yang lain.
b. Proyeksi; yaitu bentuk ramalan yang dapat didasarkan atas ekstrapolasi atau proyeksi. Ramalan ini mempelajari kejadian terdahulu dan mebuat pernyataan tentang hari depan. Dan ramalan seperti ini sering menggunakan faktor peluang.
c. Struktur; yaitu ramalan yang didasarkan atas struktur dari benda atau intuisi atau manusia yang bersangkutan. Misalnya kenaikan pangkat pada ketentaraan, dari kopral lalu menjadi sersan dan seterusnya.
d. Institusional; yaitu yaitu ramalan yang didasarkan oleh institusi beroperasi.
Seorang ahli sosial bangsa Amerika, Ruth Benedict, waktu perang dunia ke-2 diminta oleh Departemen Penerangan Amerika Serikat untuk mempelajari bangsa Jepang. Dia tidak pernah mengenal ataupun berkunjung ke Jepang. Namun dengan menyelidiki institusi-institusi sosialnya, dia dapat meramalkan secara tepat bagaimana kelakuan bangsa Jepang jika mereka dikalahkan, serta bagaimana cara angkatan bersenjata Amerika Serikat harus bertindak untuk mengontrol kelakuan tersebut agar selaras dengan yang dikehendaki oleh Amerika.
e. Masalah; yaitu ramalan yang didasarkan pada penentuan masalah apa yang dihadapi oleh manusia dan masyarakatnya. Misalnya suatu negara dengan jumlah penduduk yang amat besar, namun ia tidak dapat meningkatkan produksi pangannya, maka bukan tidak masuk akal jika masalah gawat akan dihadapinya, yaitu kekurangan pangan.
f. Tahap; yaitu perkembangan yang berurutan. Dalam biologi sangat sering digunakan, misalnya biji yang diberi makanan dengan baik akan tumbuh dalam tahap-tahap yang dapat dirumuskan dengan jelas.
g. Utopia; yaitu membayangkan apa yang mungkin terdapat atau terjadi berdasarkan pengetahuan yang kita ketahui sekarang. Misalnya, bumi mengelilingi planit Jupiter, hal ini telah diramalkan berdasarkan pengetahuan teoretis sebelum ditemukan teleskop.

Hasil telaah keilmuan dapat dikomunikasikan kepada masyarakat melalui media-media sebagai berikut;
a. Jurnal keilmuan (yang paling umum)
b. Menerbitkan buku
c. Merbitkan monograf ; yaitu laporan yang lebih panjang dari artikel keilmuan namun lebih pendek dari sebuah buku dan bersifat teknis.
d. Melakukan korespondensi pribadi, berbicara pada konferensi, atau membuat laporan kepada Universitas atau lembaga taertentu.
Kendatipun setiap institusi memiliki gaya dan persyaratan tertentu. Namun ada persyaratan minimum yang diminta oleh Ilmu, yaitu; Kejujuran mutlak, Jelas serta mudah difahami, Cukup terperinci, sehingga orang lain dapat menilai karya tersebut dan Pengakuan terhadap idea orang lain.
Terdapat beberapa contoh khusus yang ekstrim dalam sejarah ilmu, di mana mereka yang meimpin penelitian, setelah menemukan para peneliti yang dia pimpin memalsukan data lalu bunuh diri. Sekali saja seorang ilmuan mengemukakan suatu pernyataan yang salah, atau menyesatkan, sukar sekali bagi para ilmuan lainnya untuk mempercayai lagi dirinya atau karyanya.
Sifat jelas dan dapat difahami adalah perlu agar orang lain mengerti apa yang sedang dilaporkan. Sedangkan perincian yang cukup diperlukan agar ilmuan dapat melakukan penilaian terhadap karya tersebut, atau melakukan pengulangan.
Pengakuan terhadap idea orang lain diperlukan karena dua hal;
- Sopan santun terhadap mereka yang ideanya dipergunakan.
- Lebih penting lagi, tinjauan pustaka dan daftar kepustakaan akan memungkinkan tiap pembaca untuk menempatkan hasil karya itu dalam urutan perkembangan sejarah ilmu secara tepat dan mudah. Dan dalam hal ini juga akan memudahkan penelitian lain, disebabkan oleh pemikiran yang sistematis.

D. Pengaruh Struktur Ilmu dalam Perkembangan Pengetahuan.
Dapat dirasakan sekarang ini bahwa pengaruh struktur ilmu sangat besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, di mana metode yang sistematis ini dapat melahirkan teori-teori baru di berbagai bidang dalam ilmu pengetahuan yang digeluti oleh para ilmuanilmuan modern sekarang ini.
Paling tidak dapat difahami bahwa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan sangat mungkin dengan mengikuti langkah-langkah sistematis yang dimiliki oleh struktur ilmu.
Kendatipun sudah muncul kembali sekelompok ilmuan yang mengatasnamakan diri mereka sebagai penganut “PostStrukturalisme”, namun fenomena dalam dunia ilmu pengetahuan aliran sturukturalisme (penganut struktur ilmu) masih mendominasi.


III. KESIMPULAN (ANALISIS DAN KRITIK)

Dari seluruh paparan yang ada, dapat disimpulkan bahwa struktur ilmu merupakan sebuah mekanisme kerja ilmu yang terdiri dari komponen-komponen yang satu sama lain saling terkait dalam upaya mencari suatu kebenaran dari sebuah pengetahuan yang kemudian dapat disebut sebagai ilmu.
Adapun fungsi struktur ilmu adalah sebagai system yang memproses hipotesis dari suatu masalah yang dimunculkan, kepada kenyataan yang membenarkan atau menolak hipotesis tersebut. Jika sesuai dengan hipotesis maka jadilah ia sebagai temuan ilmiah atau prinsisp-prinsip sebuah pengetahuan ilmiah dan atau yang disebut sebagai ilmu. Adapun jika ternyata menolak hipotesis, maka berhentilah samapi di situ saja.
Terkait dengan pengertian dan fungsi dari struktur ilmu, sangatlah tidak berlebihan jika struktur ilmu dianggap sebagai sebuah metode yang harus dimiliki oleh siapapun yang berkecimpung di bidang pengetahuan, sehingga akan dapat membedakan antara pengetahuan biasa dan pengetahuan yang didapat melalui metode ilmu. Selain itu dengan pengasaan struktur ilmu, memungkinkan juga bagi siapapun untuk menjadi seorang ilmuan yang selalu inten dalam pengembangan pengetahuan.
Pada saat ini para ilmuan cenderung menganut aliran positifisme untuk mendapatkan suatu kebenaran ilmu, oleh karena itu sangat tidak berlebihan jika struktur yang diuraiakan di atas sudah dianggap memadai dalam kajian ilmu pengetahuan dan pengembangannya.

IV. DAFTAR PUSTAKA

John M. Echol dan Hasan Sadeli, Kamus inggeris Indonesia, Gramedia PU, 1996
Jujun S. Suria Sumantri, Filsafat Ilmu, (Sebuah Pengantar Populer), Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, 2003
Jujun S. Suria Sumantri, Ilmu Dalam Perspektif, Jakarta Yayasan Obor Indonesia, 1997
Loran Bagus, Kamus Filsafat, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BELA DIRI INDONESIA