Senin, 12 November 2012

ASAS-ASAS PENGEMBANGAN KURIKULUM A. PENDAHULUAN Kurikulum merupakan suatu rancangan pendidikan yang memiliki kedudukan cukup penting dalam seluruh kegiatan pendidikan, juga menentukan proses pelaksanaan dan hasil pendidikan. Penyususnan kurikulum tidak dapat dikerjakan secara sembarangan, mengingat pentingnya peran kurikulum di dalam pendidikan perkembangan kehidupan manusia secara umum. Dalam pengembangan kurikulum, ada beberapa landasan utama, yaitu asas psikologi anak Indonesia sendiri, asas sosiologi atau keadaan bangsa Indonesia sendiri, asas perkembangan IPTEKS di dunia, dan asas filsafat bangsa Indonesia sendiri, yaitu filsafat pancasila. Perkembangan psikologis anak Indonesia belum secara penuh diteliti oleh bangsa Indonesia. Hal ini disebabkan banyaknya suku bangsa di Indonesia yang memiliki berbagai ciri khas. Pada dasarnya psikologis anak inilah yang nantinya dijadikan dasar-dasar pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan oleh kurikulum yang berlaku. Kurikulum hendaknya memperhatikan keadaan lingkungan fisik maupun lungkungan non fisik. Agar kurikulum berdasar keadaan sekitar lahirlah kurikulum muatan local yang dasarnya pada keadaan lingkungaan setampat. Perkembangan IPTEKS di Indonesia disadari bahwa masih tertinggal jika dibandingan dengan negara-negara maju lainnya. Oleh karena itu, bahan-bahan berupa IPTEKS yang dicantumkan dalam kurikulum di Indonesia masih dikejar. Hingga kini filsafat pancasila yang dianut oleh bangsa Indonesia masih merupakan bahan yang ideal. Namun terkadang sebagian besar di sekolah-sekolah pendidikan pancasila masih bersifat pengajaran kognitif. Jadi, Pendidikan pancasila di Indonesia diharapkan dapat membentuk watak kepribadian bangsa Indonesia. Demikian gambaran ke-empat dasar kurikulum tersebut yang harus dijadikan landasan untuk pengembangan selanjutnya. Pada butir satu sampai tiga selalu berkembang dan berubah. B. ASAS-ASAS KURIKULUM 1. Asas Filosofis Asas filosofis dalam penyusunan kurikulum, berarti dalam penyusunan kurikulum hendaknya berdasar dan terarah pada falsafah bangsa yang dianut. Falsafah atau filsafat berasal dari bahasa Yunani : philosopis, philo, philos, philen yang berarti cinta, pecinta, mencintai, sedang Sophia berarti kebijaksanaan, kearifan, nikmat, hakikat, dan kebenaran. Dalam hal ini prinsip-prinsip ajaran filsafat yang dianut oleh suatu bangsa seperti pancasila, kapitalisme, sosialisme, fasisme, komunisme dan sebagainya dapat digolongkan sebagai falsafah dalam arti produk/ sebagai pandangan hidup atau falsafah dalam arti praktis. Dalam penyusunan kurikulum di Indonesia yang harus diacu adalah filsafat pendidikan Pancasila. Filsafat pendidikan dijadikan dasar dan terarah, sedang pelaksanaannya melalui pendidikan. Pandangan hidup bangsa Indonesia berdasar pada Pancasila dan dengan sendirinya segala kegiatan yang dilakuan baik oleh berbagai lembaga maupun perorangan, harapannya tid

ASAS-ASAS PENGEMBANGAN KURIKULUM
A. PENDAHULUAN

Kurikulum merupakan suatu rancangan pendidikan yang memiliki kedudukan cukup penting dalam seluruh kegiatan pendidikan, juga menentukan proses pelaksanaan dan hasil pendidikan. Penyususnan kurikulum tidak dapat dikerjakan secara sembarangan, mengingat pentingnya peran kurikulum di dalam pendidikan perkembangan kehidupan manusia secara umum.
Dalam pengembangan kurikulum, ada beberapa landasan utama, yaitu asas psikologi anak Indonesia sendiri, asas sosiologi atau keadaan bangsa Indonesia sendiri, asas perkembangan IPTEKS di dunia, dan asas filsafat bangsa Indonesia sendiri, yaitu filsafat pancasila.
Perkembangan psikologis anak Indonesia belum secara penuh diteliti oleh bangsa Indonesia. Hal ini disebabkan banyaknya suku bangsa di Indonesia yang memiliki berbagai ciri khas. Pada dasarnya psikologis anak inilah yang nantinya dijadikan dasar-dasar pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan oleh kurikulum yang berlaku.
Kurikulum hendaknya memperhatikan keadaan lingkungan fisik maupun lungkungan non fisik. Agar kurikulum berdasar keadaan sekitar lahirlah kurikulum muatan local yang dasarnya pada keadaan lingkungaan setampat.
Perkembangan IPTEKS di Indonesia disadari bahwa masih tertinggal jika dibandingan dengan negara-negara maju lainnya. Oleh karena itu, bahan-bahan berupa IPTEKS yang dicantumkan dalam kurikulum di Indonesia masih dikejar.
Hingga kini filsafat pancasila yang dianut oleh bangsa Indonesia masih merupakan bahan yang ideal. Namun terkadang sebagian besar di sekolah-sekolah pendidikan pancasila masih bersifat pengajaran kognitif. Jadi, Pendidikan pancasila di Indonesia diharapkan dapat membentuk watak kepribadian bangsa Indonesia.
Demikian gambaran ke-empat dasar kurikulum tersebut yang harus dijadikan landasan untuk pengembangan selanjutnya. Pada butir satu sampai tiga selalu berkembang dan berubah.



B. ASAS-ASAS KURIKULUM
1. Asas Filosofis

Asas filosofis dalam penyusunan kurikulum, berarti dalam penyusunan kurikulum hendaknya berdasar dan terarah pada falsafah bangsa yang dianut. Falsafah atau filsafat berasal dari bahasa Yunani : philosopis, philo, philos, philen yang berarti cinta, pecinta, mencintai, sedang Sophia berarti kebijaksanaan, kearifan, nikmat, hakikat, dan kebenaran.
Dalam hal ini prinsip-prinsip ajaran filsafat yang dianut oleh suatu bangsa seperti pancasila, kapitalisme, sosialisme, fasisme, komunisme dan sebagainya dapat digolongkan sebagai falsafah dalam arti produk/ sebagai pandangan hidup atau falsafah dalam arti praktis.
Dalam penyusunan kurikulum di Indonesia yang harus diacu adalah filsafat pendidikan Pancasila. Filsafat pendidikan dijadikan dasar dan terarah, sedang pelaksanaannya melalui pendidikan.
Pandangan hidup bangsa Indonesia berdasar pada Pancasila dan dengan sendirinya segala kegiatan yang dilakuan baik oleh berbagai lembaga maupun perorangan, harapannya tidak boleh bertentangan dengan asas pancasila, termasuk dalam kegiatan penyusunan kurikulum. Asas filosofis dalam pengembangan kurikulum pada hakikatnya adalah menentukan tujuan umum pendidikan.

  1. 2. Asas Psikologi
Asas psikologi berarti kegiatan yang mengacu pada hal-hal yang bersifat psikologi. Manusia sebagai makhluk yang bersifat unitas multiplex yang terdiri atas sembilan aspek psikologi yang kompleks tetapi satu. Aspek-aspek tersebut dikembangkan dengan perantara berbagai mata pelajaran yang tercantum dalam kurikulum sebagai berikut:
a. Aspek ketakwaan : dikembangkan dengan kelompok bidang agama
b. Aspek cipta : dikembangkan dengan kelompok bidang studi ekstra, sosial, bahasa, dan filsafat.
c. Aspek rasa : dikembangkan dengan kelompok bidang studi seni
d. Aspek karsa : dikembangkan dengan kelompok bidang studi etika, budi pekerti, Agama, dan PPKN.
e. Aspek karya (kreatif) : Dikembangkan melalu kegiatan penelitian, independen studi, dan pengembangan bakat.
f. Aspek karya (keprigelan) : Dikembangkn dengan berbagai mata pelajaran keterampilan.
g. Aspek kesehatan : Dikembangkan dengan kelompok bidang studi kesehatan, olahraga.
h. Aspek sosial : Dikembangkan melalui kegiatan praktek lapangan, gotong royong, kerja bakti, KKN, PPL, dan sebagainya.
i. Aspek karya : Dikembangkan melalui pembinan bakat dan kerja madiri.

  1. 3. Asas Sosial Budaya/Asas Sosiologi
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki berbagai gejala sosial hubungan antar individu dengan individu, antar golongan, lembaga sosial yang disebut juga ilmu masyarakat. Dunia sekitar merupakan lingkungan hidup bagi manusia. Masyarakat merupakan kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama hingga mereka mengatur diri mereka sendiri dan menganggap sebagai suatu kesatuan sosial.
Sekolah adalah institusi sosial yang didirikan dan ditujukan untuk memenuhi kepentingan dan kebutuhan asyarakat. Maka kurikulum sekolah dalam penyusunan dan pelaksanaan banyak dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial yang berkembang dan selalu berubah di dalam masyarakat.

  1. 4. Asas Teknologi
Ilmu pengetahuan dan teknologi satu sama lain tidak dapat dipisahkan sebab ilmu pengetahuan yang hanya sebagai ilmu untuk bahan bacaan tanpa praktikan untuk kepentingan umat manusia hanyalah suatu teori yang mati. Sebaliknya praktik yang tanpa didasari oleh ilmu pengetahuan hasilnya akan sia-sia.
Kurikulum tidak boleh meninggalkan kemajuan teknologi pendidikan. Peningkatan penggunaan teknologi pendidikan akan menyebabkan naiknya tingkat efektivitas dan efisien proses belajar mengajar selalu menonjolkan peranan guru, terutama dalam memilih bahan dan penyampaiannya. Dengan majunya teknologi informasi, diharapkan bahwa mengajar adalah membuat yang belajar mengajar diri sendiri, selanjutnya, system penyampaiannya tidak harus dengan tatap muka antara guru dan siswa. Sekarang peran guru dapat digantikan dengan media instruksional baik yang berupa media cetak maupun non cetak terutama media elektronik, misalnya komputer, internet, rekaman video, dan sebagainya.
Dengan teknologi pendidikan modern, proses pembelajaran akan dilakukan dengan berbagai system penyampaiannya, misalnya system pembelajaran jarak jauh, yang penyampaiannya dengan cara menggunakan modul, Televisi Pendidikan Nasional, siaran radio, pendidikan, metode berprogram internet dan sebagainya.














KESIMPULAN

Ada beberapa landasan dalam pengembangan kurikulum;
  1. 1. Asas Filosofis
Asas filosofis dalam penyusunan kurikulum, berarti bahwa penyusunan kurikulum hendaknya berdasar dan terarah pada falsafah yang dianut.
  1. 2. Asas Psikologi
Manusia adalah makhluk yang bersifat unitas multiplex yang terdiri atas sembilan aspek psikologi yang kompleks tetapi satu.
  1. 3. Asas Sosial Budaya/Asas Sosiologi
Kurikulum sekolah dalam penyusunan dan pelaksanaan banyak dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan social yang berkembang dan selalu berubah di dalam masyarakat.
  1. 4. Asas Teknologi
Kurikulum tidak boleh meninggalkan kemajuan teknologi pendidikan. Peningkatan penggunaan teknologi pendidikan akan menyebabkna naiknya tingkat efektivitas dan efisien proses belajar mengajar selalu menonjolkan peranan guru, terutama dalam memilih bahan dan penyampaiannya.














PUSTAKA

Dakir H. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. PT Rineka Cipta: Jakarta. 2010.
Ibrahim Nini, Muhammad Anwar. Telaah Kurikulum dan Buku Teks Bahasa Indonesia. Uhamka Press: Jakarta selatan. 2009.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BELA DIRI INDONESIA